Bangsaku Bangsa Preman ?

Kata bapak Tebe, preman dalam bahasa Belanda disebut vrijman. Pada zaman belanda dulu, vrijman itu berkonotasi sebagai tuna karya alias orang tak punya pekerjaan. Preman atau vrijman dicap sebagai orang-orang tak bermoral, tidak punya sopan-santun, arogan, rakus, curang, dan bermuka badak.

Di kampung saya preman tidak butuh jiwa pemberani dan pandai berkelahi, tetapi bermodalkan kemampuan untuk menakut-nakuti orang, preman itu sudah pasti disegani dan ditakuti. Jangan sekali-kali mencoba melawan, 1, 2, 3, bahkan puluhan konco sang preman sudah siap membuat anda babak belur. Yaa, sikap anak manusia bermental kerdil yang hanya mau menang sendiri, biadab dan licik.

Namun hari ini, konotasi preman tersebut perlahan mulai bergeser, siapa bilang preman itu hanya sekelompok orang kekar bertato yang pengangguran. Preman hari ini pun juga lahir dari sekelompok orang berdasi, pandai beretorika dan gemar korupsi. Preman hari ini tidak hanya segerombolan orang jalanan, tetapi juga dinegasikan dengan sekelompok orang yang selalu merasa benar, mau menang sendiri, mengabaikan hukum dan mencelakakan orang lain.

Bukti nyata eksistensi sang preman terjadi  1 minggu ini, ketika sekelompok orang terpelajar dan (katanya) paham agama merusak, membakar, bahkan membunuh saudaranya sendiri. Insiden cikeusik, dan temanggung sekali lagi menodai bhinneka tunggal ika yang dicetuskan para pendiri bangsa ini.

Yaa, mungkin hanya di negara preman, sekelompok masyarakat (seakan) dibiarkan melakukan aksi anarkis. Hanya di negara preman petugas keamanan (polisi) bergegas memalaki rakyatnya yang melanggar lalu lintas. Hanya di negara preman, banyak penduduk bermata pencaharian bersumber dari hasil korupsi, makelar kasus, pengemplang pajak dan juru parkir di depan ATM 24 jam.. Tidak perlu kerja keras, yang penting uang mengalir dengan cara mudah.

Hanya di negara preman, setiap orang menganggap gelar dan jabatan sebagai suatu keharusan untuk dicapkan pada setiap namanya. Hal itu dilakukan agar warga preman lainnya tunduk dan hormat. Titel doktor, Insinyur, brigadir bahkan “haji” sekalipun sering diselewengkan untuk sebuah harga diri

Miskin integritas, tidak punya jati diri, ketika kekayaan sumber daya alam di negara preman digondol oleh preman bangsa lain, maklum karena kebanyakan tidak berpendidikan, masyarakat negara preman banyak yang tidak tau bahwa kekayaan itu adalah harta Indonesia.

Jika demikian, apakah benar negeri kita sudah penuh sesak dengan preman?. Entahlah,

atau jangan-jangan andalah salah satu dari preman itu !!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

WC Captcha + 10 = 11