Memetik Hikmah Dari Generasi Terdahulu

Pada tahun 1965 sebelum peristiwa Gestapu meletus, 12 tokoh adat dan agama di kampung halaman saya diundang oleh salah seorang warga masyarakat dalam sebuah jamuan. Diantara ke 12 tokoh itu, termasuk dua orang almarhum kakek saya dari garis keturunan Bapak dan Ibu.

Mereka dijamu dengan gulai kambing dan segala hidangan mewah untuk tamu istimewa. Setelah makan dengan lahap, tuan rumah menyampaikan niat dan latar belakang undangan tersebut. Pendek kata, dia menginginkan ke 12 tokoh tersebut untuk bergabung dengan organisasi yang kemudian dikenal dengan PKI.

Pada saat itu, tak ada satupun diantara mereka yang mengenal apa itu organisasi PKI. Perut sudah kenyang, lauk sudah habis menembus perut. Kebaikan orang itu tertelan sudah dan tak mungkin rasanya menolak ajakan itu. Tapi jawaban dari ke-12 tokoh itu membuat saya terkagum-kagum tentang betapa bijaknya mereka. Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk menolak ajakan itu, tetapi mereka juga tidak mau menyakiti hati para tuan rumah. Salah satu perwakilan berbicara menjawab ajakan itu.

Tumbuah sarupo iko kini.  kok nasi sasuok alah paubek litak, kok aia saraguak alah paubek hauih

Tapi samantang pun baitu, manjawek kecek tuan tadi.

Bak kecek urang tua-tuo,

Kok manih jan langsuang dilulua, kok paik jan langsuang dibuang. Kicok-kicok lah daulu.

Suko jo rila dipalabiah, kami pikia lah daulu agak saminggu.

Intinya, kalo manis jangan langsung ditelan, kalo pahit jangan langsung dibuang, dikunyah-kunyah terlebih dahulu.  Kami pikir-pikir terlebih dahulu dalam seminggu. Mendapat jawaban itu, tuan rumah bisa menerima. Ke 12 tokoh itu pulang dengan selamat sambil tertawa-tawa.

Seminggu kemudian, seluruh kampung heboh. Mereka yang tercatat namanya dalam organisasi PKI, disikat habis oleh pemerintah dibawah kendali Soeharto. Begitulah pentingnya untuk selalu berpikir dengan tenang meski berada di tengah situasi yang sulit. Generasi kita terdahulu, punya cara yang sangat bijak untuk selalu menghargai orang lain, tetapi tetap teguh memegang prinsip.

Iyoan nan dia urang, laluan nan diawak. Bak manjujuik rambuik dalam tapuang. rambuik indak putuih tapuang indak taserak

“Ikuti orang lain, tapi turuti juga prinsip kita. Ibarat menarik rambut dalam tepung, rambut tidak putus, tepung tidak terbuang”

Media Wahyudi Askar 16/02/2018

gaek

Alm Dt Bandaro Gamuak  (Gaek/Kakek)